Pala merupakan salah komoditi andalan Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda. Nama pala pun sudah mendunia sejak dahulu kala. Para pedagang kuno sudah banyak mengincar tanaman ini karena nilai jual tinggi dan permintaan kebutuhan yang sangat banyak. Bagian utama yang banyak menjadi incaran para pedagang adalah biji dan daging buahnya. Konon, buah dan biji pala sudah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi berkuasa di seperempat bagian bumi.
Indonesia menjadi salah satu penghasil pala tersubur yang pernah ada di dunia. Tidak heran bila para pedagang Arab sejak lama menjajaki wilayah Indonesia untuk berdagang rempah populer satu ini. Hasrat untuk memonopoli perdagangan rempah seperti pala bahkan disinyalir menjadi alasan bangsa-bangsa Eropa seperti Portugis, Spanyol, maupun Belanda menjajah Nusantara Indonesia. Wilayah Maluku dan Maluku utara adalah daerah penghasil pala terbesar di Indonesia. Tanaman tropis ini tumbuh subur di kedua tempat ini.
Biji pala yang sudah dikeringkan dimanfaatkan untuk dijadikan bumbu penyedap berbagai masakan, biasanya biji pala ini akan digerus dan dibentuk menjadi bubuk. Bubuk pala memberikan aroma yang khas, khususnya untuk olahan daging. Salah satu penyebab Pala menjadi istimewa adalah minyak atsiri yang terkandung dalam buahnya. Minyak atsiri yang alami ini memiliki banyak manfaat.
Secara keseluruhan, pala memiliki banyak manfaat. Bagian kulit dan daging pala mengandung minyak atsiri dan zat samak. Sedangkan bunga pala mengandung zat pati. Dan biji pala sendiri mempunyai kandungan atsiri, saponin, miristisin, enzim lipase, pektin, lemonela, serta asam oleanolat yang sangat dibutuhkan tubuh manusia. Buah pala dapat mengobati susah tidur, masuk angin, rematik, melancarkan pencernaan, peningkatan selera makan, meringankan nyeri haid, bahkan mengatasi rasa mual di tubuh.
Harga komoditi rempah bernama ilmiah Myristica Fragrans ini tergolong tinggi. Itu karena untuk mendapatkan kualitas biji dan daging buah pala terbaik melalui proses yang tidak sebentar. Panen pala pertama baru bisa dilakukan dalam kurun waktu tanam 7-9 tahun. Produksi maksimum tanaman ini pun baru bisa diperoleh setelah tanaman berumur 25 tahun.
Setelah pala dipanen, daging buah pala dapat langsung dikonsumsi, sedangkan bijinya harus dijemur dan dipisahkan dari fuli atau kulit pembungkusnya. Proses pengeringannya ini pun cukup memakan waktu, bisa sampai 8 minggu, dimana bagian dalam biji akan menyusut pada saat proses pengeringan. Cangkang biji itu pun akan pecah dan bagian dalam inilah yang akan dijual sebagai pala. Terkadang juga ada yang diproses sehingga menjadi pala bubuk.
Seiring perkembangan zaman dan teknologi, kini pengolahan pala tidak hanya untuk membuat bubuk dan daging manisan saja. Beberapa produk lain sudah banyak dihasilkan. Mulai dari sirup pala, keripik pala, bahkan minyak gosok yang berbahan dasar pala.
Comments