Bicara soal rasa saat menikmati santapan, lidah akan menemukan senses rasa manis, asin, pedas, asam, ataupun pahit. Selain ada lima rasa dasar itu, juga ada senses lainnya yang selalu dicari dalam menyantap makanan, yani rasa gurih atau umami. Selain bisa ditemukan berkat penggunaan bumbu paduan garam dan gula, sensasi rasa gurís yang dijamin akan melezatkan makanan juga bisa didapatkan dari penggunaan MSG atau monosodium glutamat.
Namun, berbagai isu yang beredar selama ini mengemukakan jika penggunaan atau penambahan MSG pada makanan akan membuat bodoh dan hal negatif lainnya. Melihat informasi yang kurang tepat seperti itu, maka Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI) terus melakukan edukasi pada masyarakat. P2MI sendiri beranggotakan beberapa perusahaan besar yang memproduksi MSG, yakni PT. Ajinomoto Indonesia, PT. Ajinex International, PT. Sasa Inti, dan PT. Daesang Ingredients Indonesia.
Belum lama ini, tepatnya pada 11 Desember 2024, Gerakan Fermentasi Nusantara dan PT Sasa Inti menggelar kegiatan edukasi mengenai penggunaan MSG pada makanan. Acara itu dilaksanakan di Studio Kreasi Sasa, Jakarta dengan menghadirkan narasumber pakar kimia kuliner, yakni Irvan Kartawiria dan Harry Nazarudin. Keduanya dikenal sebagai ‘Duo Kimiasutra’ yang dihadirkan untuk mengulik lebih dalam makna kata ‘Lezat’. Keduanya pun mengajak peserta yang hadir untuk melakukan eksperimen rasa dan memahami bagaimana proses “melezatkan” bisa terjadi.
“Kegiatan edukasi ini bertujuan untuk meluruskan anggapan negatif mengenai MSG. Masyarakat membutuhkan informasi yang benar tentang MSG yang tidak hanya dapat membantu mengurangi ketakutan dan mispersepsi yang beredar, tetapi juga memastikan bahwa konsumen membuat keputusan yang lebih informatif dan berdasarkan fakta. MSG adalah produk fermentasi dari tetes tebu menggunakan mikroorganisme, kemudian dilanjutkan dengan proses isolasi dan purifikasi, dan hasilnya adalah MSG dengan kemurnian lebih dari 99%,” ujar Satria Gentur Pinandita selaku Ketua Bidang Komunikasi Perkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia (P2MI).
Pada kesempatan itu pula turut hadir Dr. Dase Hunaefi dari Institute Pertanian Bogor (IPB) yang memberikan edukasi kepada peserta mengenai sensori atau citarasa dalam sudut pandang sains. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 33 Tahun 2012 mengatur tentang Bahan Tambahan Pangan (BTP), dengan penggunaan yang rasional, MSG atau micin termasuk bahan yang aman digunakan dalam bahan pangan. Glutamate merupakan ahan dari penyedap rasa yang terkandung dalam MSG. Untuk glutamate alami bisa ditemukan pada berbagai bahan makanan, seperti kecap, terasi, rumput laut, tebu, jengkol, tomat, jamur, dan lainnya. Bahkan zat ini terdapat secara alami pada tubuh manusia, yakni Air Susu Ibu (ASI).
“Edukasi yang kami sampaikan kepada para pelaku industri kuliner dan masyarakat ini untuk menelaah mitos dan persepsi yang ada di masyarakat mengenai MSG dalam masakan. Sebenarnya MSG sama seperti penggunaan mentega dalam kuliner barat, sebagai penguat rasa yang akan bekerja optimum dalam dosis tertentu. Monosodium Glutamat adalah penguat rasa yang memiliki kandungan sodium 30% lebih rendah dari garam dan bisa mengurangi pemakaian garam dan gula dalam resep untuk mencapai citarasa yang lebih lezat dan sehat,” terang Harry dan Irvan.
Setelah eksperimen dan paparan singkat, setiap peserta berkesempatan menikmati makan siang berkonsep fine dining. Pengalaman makan siang spesial itu telah disiapkan oleh para mahasiswa hotel bisnis program Universitas Podomoro yang berkolaborasi dengan Corporate Chef PT Sasa Inti. Setiap peserta dibawa mencicipi kuliner Asia seperti Sup Tom Yam dan Soto Betawi. Setiap hidangan itu dibuat menggunakan tambahan MSG dengan takaran yang sesuai, sehingga memiliki citarasa masakan yang lebih kuat dan lezat.
"Kami berharap, acara ini tidak hanya memberikan informasi baru, tetapi juga menjadi langkah awal untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang MSG. Mari kita bersama-sama menjadikan istilah 'lezat' bukan hanya sebuah pengalaman, tetapi juga sebuah pengetahuan yang dapat kita bagi kepada masyarakat luas,” tutup Shiv Shagal selaku CEO PT Sasa Inti.
Comentarios